mrbacara.com, 28 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Lucius Annaeus Seneca, atau yang lebih dikenal sebagai Seneca, adalah salah satu filsuf Stoik terkemuka dari zaman Romawi yang hidup antara 4 SM hingga 65 M. Sebagai penulis, penasihat kaisar, dan pemikir, Seneca menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana menjalani hidup dengan penuh makna melalui lensa Stoikisme. Salah satu ajarannya yang paling relevan hingga saat ini adalah tentang pentingnya menghargai waktu, yang ia anggap sebagai aset paling berharga dalam kehidupan manusia. Dalam karya-karyanya, terutama On the Shortness of Life (De Brevitate Vitae), Seneca menegaskan bahwa hidup tidaklah singkat jika kita menggunakannya dengan bijak, dan bahwa membuang waktu adalah kesalahan terbesar yang dapat dilakukan manusia. Artikel ini akan menguraikan ajaran Seneca tentang pengelolaan waktu, bagaimana prinsip Stoikisme dapat membantu kita hidup lebih terarah, dan cara menerapkannya dalam kehidupan modern.
Latar Belakang Seneca dan Stoikisme
Seneca lahir di Corduba (kini Cordoba, Spanyol) dan menjadi tokoh penting di Roma sebagai senator, orator, dan penasihat Kaisar Nero. Meskipun hidupnya penuh dengan kontradiksi—ia kaya raya namun mengajarkan kesederhanaan—tulisan-tulisannya, seperti Letters from a Stoic dan On the Shortness of Life, menunjukkan kepekaan mendalam terhadap kondisi manusia. Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stoikisme Seneca menekankan pada kebajikan (virtue), pengendalian diri, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, yang dikenal sebagai dichotomy of control.
Dalam konteks pengelolaan waktu, Seneca berpendapat bahwa banyak orang gagal menjalani hidup yang bermakna karena mereka menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak penting, seperti mengejar kesenangan sesaat, kekayaan, atau pengakuan sosial. Ia menulis, “Hidup itu cukup panjang jika kamu tahu bagaimana menggunakannya.” Ajaran ini sangat relevan di era modern, di mana distraksi seperti media sosial, konsumsi berlebihan, dan tekanan sosial sering kali membuat kita kehilangan fokus pada apa yang benar-benar berarti.
Ajaran Seneca tentang Waktu
1. Waktu adalah Aset Paling Berharga
Dalam On the Shortness of Life, Seneca menegaskan bahwa waktu adalah satu-satunya sumber daya yang benar-benar terbatas dan tidak dapat diperbarui. Ia menulis, “Kamu hidup seolah-olah kamu akan hidup selamanya, tidak pernah memikirkan kerapuhanmu sendiri; kamu tidak memperhatikan berapa banyak waktu yang telah berlalu, seolah-olah kamu memiliki persediaan yang tak terbatas.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa, tidak seperti uang atau harta, waktu yang hilang tidak dapat dikembalikan.
Seneca menyoroti bahwa banyak orang menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting, seperti gosip, kemalasan, atau mengejar status sosial. Ia menegaskan bahwa kehidupan menjadi “singkat” bukan karena durasinya, tetapi karena kita gagal menggunakannya dengan bijak. Dalam konteks Stoikisme, menghargai waktu berarti memprioritaskan tindakan yang selaras dengan kebajikan—kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.
2. Fokus pada Hal-Hal yang Dalam Kendali 
Seneca, sejalan dengan prinsip Stoik dichotomy of control dari Epictetus, mengajarkan bahwa kita harus fokus pada apa yang dapat kita kendalikan, termasuk cara kita menggunakan waktu. Ia menulis, “Kamu tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi padamu, tetapi kamu dapat mengendalikan bagaimana kamu bereaksi terhadapnya.” Dalam hal waktu, ini berarti kita harus berhenti mengeluh tentang kurangnya waktu dan mulai mengelola waktu yang kita miliki dengan sengaja.
Misalnya, Seneca menyarankan untuk menghindari aktivitas yang tidak produktif, seperti menghabiskan waktu untuk hiburan yang tidak bermakna atau terlibat dalam konflik yang tidak perlu. Ia menekankan pentingnya refleksi diri untuk memastikan bahwa setiap momen dihabiskan untuk tujuan yang selaras dengan nilai-nilai kita.
3. Memento Mori: Kesadaran akan Kematian 
Konsep memento mori (ingat bahwa kamu akan mati) adalah tema sentral dalam tulisan Seneca. Ia percaya bahwa menyadari kefanaan hidup dapat mendorong kita untuk menghargai waktu. Dalam On the Shortness of Life, ia menulis, “Mari kita siapkan pikiran kita seolah-olah kita telah sampai di akhir hidup. Jangan menunda apa pun. Mari kita seimbangkan buku kehidupan setiap hari.” Dengan mengingat kematian, kita didorong untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti pengembangan diri, hubungan bermakna, dan kontribusi positif kepada dunia.
4. Hindari Distraksi dan Keramaian yang Tidak Perlu 
Seneca mengkritik kecenderungan manusia untuk terjebak dalam “keramaian” (turba), yaitu aktivitas sosial atau pekerjaan yang tidak memiliki tujuan jelas. Ia menulis, “Orang-orang sibuk dengan kesibukan yang tidak ada gunanya, dan mereka tidak punya waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting.” Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, menonton serial tanpa henti, atau terlibat dalam drama sosial yang tidak produktif.
Untuk mengatasi ini, Seneca menyarankan untuk menyisihkan waktu untuk refleksi dan kesendirian. Ia percaya bahwa waktu sendiri memungkinkan kita untuk merenungkan tujuan hidup dan mengevaluasi apakah tindakan kita selaras dengan nilai-nilai kita.
5. Hidup di Masa Sekarang 
Seneca menekankan pentingnya hidup di masa sekarang, bukan terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kecemasan tentang masa depan. Ia menulis, “Masa lalu sudah hilang, masa depan belum tiba, tetapi masa kini adalah milikmu.” Dengan fokus pada saat ini, kita dapat memanfaatkan waktu secara maksimal dan menghindari pemborosan akibat kekhawatiran yang tidak perlu.
Penerapan Ajaran Seneca dalam Kehidupan Modern
Mengelola Distraksi Digital
Di era digital, waktu sering kali tersita oleh distraksi seperti media sosial, notifikasi ponsel, atau hiburan online. Menurut The Daily Stoic, prinsip Seneca dapat diterapkan dengan menetapkan batasan waktu untuk aktivitas digital. Misalnya, menetapkan waktu khusus untuk memeriksa email atau media sosial, dan menggunakan waktu sisanya untuk kegiatan yang lebih bermakna, seperti membaca, belajar, atau berolahraga.
Prioritaskan Kebajikan dalam Pekerjaan
Dalam dunia kerja yang kompetitif, banyak orang menghabiskan waktu untuk mengejar promosi atau pengakuan. Seneca mengajarkan bahwa kita harus fokus pada melakukan pekerjaan dengan integritas dan keunggulan, bukan pada hasil eksternal seperti pujian atau kenaikan gaji. Dengan pendekatan ini, kita dapat menggunakan waktu secara produktif tanpa terjebak dalam perlombaan yang tidak bermakna.
Latihan Refleksi Harian
Seneca merekomendasikan refleksi harian untuk mengevaluasi bagaimana kita menghabiskan waktu. Dalam Letters from a Stoic, ia menyarankan untuk menyisihkan waktu setiap malam untuk bertanya, “Apa yang telah saya lakukan hari ini? Bagaimana saya bisa lebih baik besok?” Latihan ini dapat membantu kita mengidentifikasi kebiasaan yang membuang waktu dan membuat perubahan yang diperlukan.
Praktik Premeditatio Malorum
Seneca juga mengajarkan premeditatio malorum (visualisasi negatif), yaitu membayangkan skenario terburuk untuk mempersiapkan diri secara mental. Dalam konteks waktu, ini berarti membayangkan bagaimana kita akan merasa jika kita terus membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting. Latihan ini dapat memotivasi kita untuk mengambil tindakan segera dan menghargai setiap momen.
Menyusun Prioritas Hidup
Seneca menyarankan untuk menetapkan tujuan hidup yang jelas berdasarkan kebajikan. Dalam kehidupan modern, ini bisa berarti membuat daftar prioritas, seperti menghabiskan waktu dengan keluarga, mengejar hobi yang bermakna, atau berkontribusi pada komunitas. Dengan memiliki tujuan yang jelas, kita dapat menghindari aktivitas yang tidak mendukung visi hidup kita.
Relevansi Ajaran Seneca di Era Modern
Ajaran Seneca tentang waktu sangat relevan di abad ke-21, di mana distraksi dan tekanan sosial sering kali membuat kita kehilangan fokus. Menurut Medium.com, popularitas Stoikisme telah meningkat karena kemampuannya menawarkan solusi praktis untuk tantangan modern seperti stres, kecemasan, dan manajemen waktu yang buruk. Di Indonesia, di mana budaya kerja keras dan ekspektasi sosial sering kali membebani individu, prinsip Seneca dapat membantu kita menemukan keseimbangan antara kewajiban dan kebahagiaan pribadi.
Misalnya, di tengah budaya “hustle” yang menekankan produktivitas tanpa henti, Seneca mengingatkan kita bahwa produktivitas sejati bukan tentang melakukan lebih banyak, tetapi tentang melakukan hal-hal yang benar-benar penting. Dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti memento mori dan fokus pada masa kini, kita dapat mengurangi rasa bersalah karena “tidak cukup produktif” dan fokus pada kualitas waktu yang kita miliki.
Tantangan dalam Menerapkan Ajaran Seneca
Meskipun ajaran Seneca sederhana secara konsep, penerapannya bisa menantang:
-
Distraksi Modern: Media sosial, streaming, dan teknologi lainnya dirancang untuk menarik perhatian kita, membuat sulit untuk fokus pada hal-hal yang bermakna.
-
Tekanan Sosial: Dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, ekspektasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau komunitas dapat membuat kita mengorbankan waktu pribadi.
-
Kebiasaan Lama: Mengubah kebiasaan membuang waktu, seperti prokrastinasi, membutuhkan disiplin dan komitmen yang konsisten.
Untuk mengatasi tantangan ini, Seneca menyarankan untuk memulai dengan langkah kecil, seperti menyisihkan 10 menit sehari untuk refleksi atau mengurangi waktu layar secara bertahap. Dengan latihan yang konsisten, kita dapat membangun kebiasaan yang mendukung penggunaan waktu yang lebih bijak.
Kesimpulan
Seneca, melalui ajaran Stoikismenya, mengajarkan kita bahwa waktu adalah aset paling berharga yang harus dihargai dan digunakan dengan bijak. Dalam On the Shortness of Life, ia menekankan bahwa hidup menjadi singkat hanya jika kita menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang tidak penting. Dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti dichotomy of control, memento mori, dan fokus pada kebajikan, kita dapat belajar untuk hidup di masa kini, menghindari distraksi, dan menjalani kehidupan yang bermakna tanpa bergantung pada pengakuan eksternal. Di era modern yang penuh dengan distraksi dan tekanan, ajaran Seneca menawarkan panduan praktis untuk mengelola waktu dengan lebih baik, membantu kita mencapai ketenangan batin dan kepuasan hidup. Dengan merenungkan kata-kata Seneca, kita diajak untuk bertanya setiap hari: “Apakah saya telah menggunakan waktu saya dengan bijak?”
BACA JUGA: Pengertian dan Perbedaan Paham Komunisme Menurut Marxisme: Analisis Mendalam
BACA JUGA: Tim Berners-Lee: Pencetus World Wide Web dan Karya Revolusioner yang Mengubah Dunia
BACA JUGA: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial di Era 2025: Peluang dan Tantangan dalam Kehidupan Digital