Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
mrbacara.com, 29 Mei 2025
Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian—dari gejolak ekonomi hingga tekanan media sosial—kecemasan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Marissa, seorang profesional muda yang hipotetis, merasakan beban ini: tenggat waktu di tempat kerja, kekhawatiran tentang masa depan, dan rasa takut akan penilaian orang lain sering kali mengganggu ketenangannya. Dalam pencariannya akan kedamaian batin, Marissa menemukan Stoikisme, sebuah filosofi kuno dari Yunani dan Romawi yang menawarkan pendekatan praktis untuk mengelola kecemasan. Artikel ini akan menjelaskan secara mendetail bagaimana Stoikisme dapat menjadi alat anti-cemas yang relevan bagi Marissa dan siapa saja yang menghadapi tantangan serupa, dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Stoik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Konteks Kecemasan Marissa: Tantangan Hidup Modern 
Marissa, seperti banyak orang di era modern, hidup di tengah tekanan yang kompleks. Menurut Forbes, ketidakpastian ekonomi, seperti tarif impor yang baru diberlakukan pada Meksiko, Kanada, dan Tiongkok pada awal 2025, telah menyebabkan volatilitas pasar, dengan S&P 500 turun hampir 2% dalam sehari. Selain itu, pengunduran diri CEO dalam jumlah rekor dan penutupan 15.000 toko ritel di AS pada tahun 2025 menambah rasa tidak aman di dunia kerja. Bagi Marissa, seorang profesional di bidang pemasaran, ancaman PHK dan tekanan untuk terus berprestasi memperburuk kecemasannya.
Di sisi personal, media sosial memperkuat rasa cemas Marissa. Postingan di X oleh @CharlamagneThaGod menyoroti perbedaan antara kecemasan rasional (ketika sumbernya jelas) dan irasional (ketika pikiran dipenuhi ketakutan tanpa alasan yang jelas). Marissa sering kali terjebak dalam kecemasan irasional, seperti khawatir tentang apa yang orang pikirkan tentangnya atau membayangkan skenario terburuk yang belum tentu terjadi. Stoikisme, dengan fokusnya pada pengendalian diri dan penerimaan, menawarkan solusi yang relevan untuk mengatasi tantangan ini.
2. Pengenalan Stoikisme: Filosofi untuk Hidup yang Tenang 
Stoikisme adalah filosofi yang didirikan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM di Athena. Menurut Daily Stoic, Stoikisme mengajarkan pengembangan pengendalian diri, karakter, dan pemahaman manusia untuk mengatasi emosi destruktif. Tiga filsuf Stoik terkemuka—Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius—menyumbangkan wawasan yang masih relevan hingga kini. Epictetus, seorang mantan budak, menekankan dikotomi kendali: fokus pada apa yang bisa dikendalikan (pikiran, tindakan, dan respons) dan menerima apa yang tidak bisa dikendalikan (peristiwa eksternal). Seneca, seorang penasihat Kaisar Nero, menyarankan untuk memeriksa ketakutan secara rasional, sementara Marcus Aurelius, Kaisar Romawi, menulis dalam Meditations tentang pentingnya hidup di saat ini.
Prinsip inti Stoikisme adalah bahwa kebahagiaan sejati (eudaimonia) dicapai dengan hidup sesuai dengan kebajikan—keberanian, keadilan, kebijaksanaan, dan kesederhanaan—serta menerima realitas sebagaimana adanya. Bagi Marissa, yang sering kali terjebak dalam kekhawatiran tentang masa depan, Stoikisme menawarkan pendekatan yang membebaskan: alih-alih melawan kecemasan, ia bisa belajar untuk mengelolanya dengan mengubah cara berpikir.
3. Prinsip Stoik untuk Mengatasi Kecemasan 
Stoikisme menawarkan beberapa prinsip praktis yang dapat diterapkan Marissa untuk mengelola kecemasannya. Berikut adalah empat prinsip utama, dengan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari:
a. Dikotomi Kendali
Epictetus mengajarkan bahwa kita hanya memiliki kendali atas pikiran, tindakan, dan respons kita, bukan peristiwa eksternal. Dalam The Daily Stoic, Ryan Holiday menulis, “Jika kita bisa fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan apa yang tidak, kita tidak hanya akan lebih bahagia, tetapi juga memiliki keunggulan dibandingkan orang lain yang gagal menyadari bahwa mereka sedang melawan pertempuran yang tidak bisa dimenangkan.”
Penerapan untuk Marissa: Ketika Marissa khawatir tentang kemungkinan PHK di perusahaannya, ia bisa mengalihkan fokusnya dari ketakutan akan pemecatan (di luar kendalinya) ke tindakan konkret, seperti meningkatkan keterampilan pemasaran digitalnya atau memperbarui portofolionya. Dengan demikian, ia merasa lebih berdaya dan mengurangi kecemasan.
b. Visualisasi Negatif (Premeditatio Malorum)
Stoikisme mendorong praktik premeditatio malorum, atau visualisasi negatif, yaitu membayangkan skenario terburuk untuk mempersiapkan diri secara mental. Menurut Of Mind And Body, praktik ini mengurangi ketidakpastian, salah satu pemicu utama kecemasan, dengan menciptakan jaring pengaman mental.
Penerapan untuk Marissa: Marissa bisa meluangkan waktu setiap pagi untuk membayangkan skenario terburuk, seperti gagal dalam presentasi kerja. Dengan memikirkan bagaimana ia akan menangani kegagalan tersebut (misalnya, meminta umpan balik dan belajar dari kesalahan), ia mengurangi ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan membangun ketahanan.
c. Amor Fati: Cinta pada Takdir
Amor Fati, atau cinta pada takdir, adalah konsep Stoik yang mendorong penerimaan penuh terhadap apa yang terjadi. Menurut Medium, ini bukan hanya tentang menerima, tetapi mencintai realitas sebagaimana adanya, karena peristiwa-peristiwa tersebut membentuk siapa kita. Marcus Aurelius menulis, “Terima apa yang telah diberikan kepadamu, karena alam telah menyatukanmu dengannya.”
Penerapan untuk Marissa: Ketika Marissa merasa cemas karena tidak mendapatkan promosi, ia bisa mempraktikkan Amor Fati dengan menerima hasil tersebut sebagai bagian dari perjalanannya. Alih-alih meratapi kegagalan, ia bisa melihatnya sebagai peluang untuk menemukan kekuatan baru atau mengejar peluang lain.
d. Hidup di Saat Ini
Seneca menulis, “Kita menderita lebih banyak dari imajinasi daripada kenyataan.” Stoikisme menekankan pentingnya hidup di saat ini, bukan terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kekhawatiran tentang masa depan. Marcus Aurelius menambahkan, “Biarkan masa lalu di belakang, biarkan masa depan mengurus dirinya sendiri, dan pandu saat ini dengan penuh kesadaran.”
Penerapan untuk Marissa: Marissa sering kali memikirkan kesalahan di masa lalu (seperti presentasi yang kurang sempurna) atau masa depan (seperti apakah ia akan dihargai di tempat kerja). Dengan meditasi kesadaran (mindfulness), ia bisa melatih dirinya untuk fokus pada tugas saat ini, seperti menyelesaikan laporan atau menikmati waktu bersama teman, sehingga mengurangi beban mental.
4. Stoikisme dan Terapi Modern: Koneksi dengan CBT 
Stoikisme memiliki pengaruh besar pada terapi perilaku kognitif (CBT), sebuah pendekatan psikoterapi yang terbukti efektif untuk mengelola kecemasan. Menurut Philosophy for Life, Albert Ellis, salah satu pendiri CBT, mengakui bahwa inspirasinya berasal dari perkataan Epictetus: “Bukan peristiwa, tetapi opini kita tentangnya, yang menyebabkan penderitaan.” CBT mengajarkan individu untuk mengenali dan menantang pola pikir negatif, mirip dengan pendekatan Stoik untuk memeriksa “impresi” atau persepsi kita.
Bagi Marissa, yang mungkin mengalami kecemasan irasional seperti takut dihakimi oleh rekan kerja, CBT dan Stoikisme menawarkan alat serupa: mengidentifikasi pikiran seperti “Semua orang akan menganggap saya gagal” dan menantangnya dengan pertanyaan, “Apakah ini benar? Apakah saya bisa menerima diri saya meskipun orang lain tidak setuju?” Dengan mengganti pikiran irasional dengan yang lebih rasional, Marissa dapat mengurangi intensitas kecemasannya.
5. Tantangan dalam Menerapkan Stoikisme 
Meskipun Stoikisme menawarkan pendekatan yang kuat, menerapkannya tidak selalu mudah. Berikut adalah beberapa tantangan yang mungkin dihadapi Marissa:
-
Kesalahpahaman tentang Stoikisme: Banyak orang, termasuk Marissa, mungkin mengira Stoikisme berarti menekan emosi. Namun, seperti yang dijelaskan dalam Stoic Coffee, Stoikisme bukan tentang menghilangkan emosi, melainkan memahami dan mengelolanya dengan rasionalitas. Marissa perlu belajar bahwa merasakan kecemasan adalah wajar, tetapi ia bisa memilih bagaimana menanggapinya.
-
Kebiasaan Pikiran Otomatis: Menurut Wellbeing.com.au, kecemasan sering kali berasal dari kebiasaan berpikir otomatis, seperti menganggap setiap kegagalan sebagai bencana. Marissa mungkin perlu waktu untuk melatih kesadaran diri agar bisa mengenali pola pikir ini.
-
Tekanan Lingkungan: Media sosial dan berita 24 jam dapat memperburuk kecemasan. Postingan di X oleh @DailyStoic menyarankan untuk berhati-hati dengan media yang dikonsumsi, karena pandangan orang lain bisa “menular.” Marissa bisa membatasi paparan berita negatif untuk menjaga ketenangan pikiran.
6. Penerapan Praktis untuk Marissa: Latihan Stoik Sehari-hari
Untuk membantu Marissa mengintegrasikan Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari, berikut adalah beberapa latihan praktis yang diadaptasi dari The Daily Stoic dan Orion Philosophy:
-
Jurnal Pemikiran: Setiap malam, Marissa bisa menulis jurnal untuk mencatat situasi yang membuatnya cemas, mengidentifikasi apa yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, serta menantang pikiran irasionalnya. Misalnya, jika ia khawatir tentang umpan balik dari bosnya, ia bisa menulis, “Saya tidak bisa mengendalikan pendapat bos saya, tetapi saya bisa memastikan pekerjaan saya berkualitas.”
-
Meditasi Pagi: Marissa bisa memulai hari dengan premeditatio malorum selama 5 menit, membayangkan tantangan yang mungkin dihadapi (misalnya, presentasi yang sulit) dan merencanakan respons yang tenang.
-
Pernapasan dan Kesadaran: Ketika kecemasan muncul, Marissa bisa menggunakan teknik pernapasan dalam sambil mengingatkan diri sendiri, “Saya hanya perlu fokus pada saat ini.” Ini membantu menenangkan respons fisiologis kecemasan.
-
Membaca Stoik: Marissa bisa membaca karya klasik seperti Meditations oleh Marcus Aurelius atau Letters from a Stoic oleh Seneca untuk mendapatkan inspirasi harian. Menurut Modern Stoicism, membaca karya-karya ini membantu membangun kebiasaan berpikir yang sehat.
7. Dampak Stoikisme pada Kehidupan Marissa
Dengan menerapkan Stoikisme, Marissa dapat mengalami beberapa perubahan positif:
-
Ketenangan Batin: Dengan fokus pada apa yang bisa dikendalikan, Marissa dapat mengurangi kecemasan tentang hal-hal di luar kendalinya, seperti opini orang lain atau ketidakpastian ekonomi.
-
Ketahanan Emosional: Visualisasi negatif membantu Marissa mempersiapkan diri untuk tantangan, sehingga ia merasa lebih siap menghadapi kegagalan atau kritik.
-
Kehidupan yang Lebih Bermakna: Dengan hidup sesuai kebajikan Stoik, seperti keberanian dan kebijaksanaan, Marissa dapat menemukan tujuan yang lebih dalam, alih-alih terjebak dalam kekhawatiran tentang kesuksesan material.
-
Keseimbangan Hidup: Dengan hidup di saat ini, Marissa dapat menikmati momen kecil, seperti secangkir kopi di pagi hari atau percakapan dengan teman, tanpa terganggu oleh kecemasan.
Namun, ada potensi tantangan:
-
Proses yang Panjang: Mengubah pola pikir membutuhkan waktu dan latihan konsisten. Marissa mungkin merasa frustrasi jika hasilnya tidak instan.
-
Resistensi Emosional: Menerima emosi negatif, seperti yang diajarkan dalam Amor Fati, bisa terasa sulit pada awalnya, terutama jika Marissa terbiasa melawan kecemasannya.
8. Konteks Modern: Relevansi Stoikisme di Era Digital
Stoikisme sangat relevan di era digital, di mana kecemasan sering kali diperburuk oleh informasi berlebih dan perbandingan sosial. Menurut The American Institute of Stress, ketidakpastian ekonomi dan tekanan kerja di tahun 2025 telah meningkatkan tingkat stres global. Stoikisme menawarkan pendekatan yang kontra-intuitif: alih-alih mencoba mengendalikan dunia luar, kita belajar mengendalikan respons batin kita. Bagi Marissa, yang mungkin tergoda untuk memeriksa media sosial setiap jam, Stoikisme mengajarkan untuk “melepaskan” kebutuhan akan validasi eksternal.
Selain itu, Stoikisme selaras dengan tren kesehatan mental modern. Wellbeing.com.au mencatat bahwa Stoikisme telah menginspirasi CBT, yang digunakan oleh jutaan orang untuk mengelola kecemasan. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Stoik, Marissa tidak hanya mengatasi kecemasan, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan jangka panjangnya.
9. Kesimpulan
Bagi Marissa, Stoikisme adalah lebih dari sekadar filosofi kuno—ini adalah panduan praktis untuk menavigasi kecemasan di dunia modern yang penuh tekanan. Dengan menerapkan prinsip seperti dikotomi kendali, visualisasi negatif, Amor Fati, dan hidup di saat ini, Marissa dapat mengubah kecemasan dari musuh menjadi peluang untuk pertumbuhan. Seperti yang dikatakan Seneca, “Kita menderita lebih banyak dari imajinasi daripada kenyataan.” Dengan Stoikisme, Marissa belajar untuk memeriksa ketakutannya, menerima realitas, dan fokus pada apa yang benar-benar penting: hidup dengan keberanian, kebijaksanaan, dan ketenangan.
Stoikisme tidak menjanjikan kehidupan tanpa masalah, tetapi memberikan alat untuk menghadapi masalah dengan ketenangan dan kejelasan. Bagi siapa saja yang, seperti Marissa, mencari cara untuk mengatasi kecemasan, Stoikisme menawarkan jalan menuju kedamaian batin yang abadi, bahkan di tengah badai kehidupan modern. Untuk memulai, Marissa bisa membaca Meditations atau mengikuti saran dari Daily Stoic untuk menjalani latihan Stoik selama tujuh hari, sebuah langkah kecil menuju transformasi besar.
BACA JUGA: Panel Distribusi, Breaker, dan MCB: Fungsi, Komponen, dan Aplikasi dalam Sistem Kelistrikan
BACA JUGA: Hukum Acara (Formil): Pengertian, Prinsip, dan Penerapan di Indonesia
BACA JUGA: Badut-badut Politik: Fenomena, Dampak, dan Respons Masyarakat di Indonesia